>
>
>
Pernahkah kalian merasa mudah sekali menghabiskan uang karena belanja secara impulsif? Di tengah situasi ekonomi yang tidak stabil dan besarnya pengaruh media sosial kerap membuat kita, generasi muda, terperangkap pada gaya hidup konsumtif tanpa memikirkan kondisi keuangan. Nah, fenomena inilah yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan di media sosial, doom spending. Apa, sih, itu? Apa dampaknya? Bagaimana cara menanganinya? Yuk, simak penjelasannya!
Doom spending merupakan kebiasaan belanja secara impulsif tanpa pertimbangan panjang sebagai penghilang stres atau “healing” atas tekanan ekonomi yang semakin berat dan ketidakpastian masa depan. Sederhananya doom spending adalah pengeluaran uang secara sia-sia demi kepuasan instan. Dikutip dari Psychology Today, berdasarkan hasil survei, doom spending umum terjadi di kalangan Milenial (43%) dan Gen Z (35%)
Dalam fenomena ini, individu cenderung merasa menabung itu tidak penting dan memiliki keyakinan bahwa tujuan keuangan belum tentu bisa dicapai dengan menabung. Oleh sebab itu, mereka lebih memilih menikmati hidup di saat ini dan membelanjakan uang untuk pengalaman mewah atau membeli barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan.
Adapun pengaruh influencer di media sosial, Fear of Missing Out (FOMO), hingga promo dan diskon besar-besaran di platform e-commerce juga menjadi kontributor terciptanya fenomena ini.
Sebagaimana definisinya, doom spending kerap dijadikan jalan pintas untuk melepaskan stres dan mendapatkan kepuasan instan. Pada dasarnya di dunia ini tidak ada yang instan, justru yang serba instan pasti hadir dengan berbagai risiko. Salah satunya pengeluaran membengkak, dompet menipis karena tidak ada perencanaan yang matang. Bahkan tidak jarang doom spending mengganggu tujuan finansial jangka panjang. Terbukti dari survei Katadata Insight Center bahwa 49% Gen Z Indonesia kesulitan menabung secara konsisten.
Sedangkan dari sisi psikologis, perilaku doom spending yang niatnya menghilangkan stres justru bisa membuat individu semakin merasa bersalah, menyesal, stres finansial, hingga gangguan kecemasan setelah melakukan belanja impulsif.
Setelah memahami penyebab dan dampak doom spending, maka selanjutnya kita perlu mengambil langkah untuk mengendalikannya. Nah, buat kalian yang ingin terhindar dari jebakan doom spending, berikut tiga tips yang bisa kalian coba terapkan:
1. Keinginan? Kebutuhan?
Saat akan membeli sebuah barang, coba tanyakan pada dirimu ‘apakah barang ini benar-benar dibutuhkan atau sekedar keinginan?’. Jika masih ada perasaan ragu, lebih baik tunda pembelian. Kalian juga bisa menerapkan 24 hours rule, yaitu penundaan pembelian suatu barang selama 24 jam. Sistem ini bisa membantu kalian mengevaluasi apakah pembelian barang benar-benar dibutuhkan atau sekedar emosi sesaat.
2. Buat Budget, Tentukan Skala Prioritas
Pastikan kalian selalu membuat budget bulanan yang realistis. Tentukan berapa banyak uang yang bisa kamu alokasikan untuk belanja, beserta skala prioritasnya. Umumnya biaya hidup, di dalamnya termasuk gaya hidup dan cicilan utang, adalah 50%-70% dari pendapatan. Berusahalah untuk selalu mematuhi budget bulananmu dan fokus pada belanja terencana sesuai kebutuhan.
3. Ubah Kebiasaan
Kalian bisa mengalihkan kebiasaan belanja impulsif dengan melakukan aktivitas lain yang lebih positif. Misalnya mencoba meditasi, olahraga, atau kegiatan lain yang sekiranya kalian sukai. Hal seperti ini dapat menjadi alternatif “healing” yang sehat dan menjauhkan kalian dari doom spending.
Dengan memahami doom spending dan mengerti cara menanganinya, kita dapat lebih bijak mengelola keuangan dan terhindar dari “kemiskinan”. Ingat, hidup bukan untuk belanja, tapi belanja untuk hidup! Dompet yang sehat = masa depan yang cerah. Jangan lupa untuk selalu cermati pengeluaran kita supaya terhindari dari doom spending! ?✨
Anda akan menerima informasi mengenai berita terbaru dan juga berbagai penawaran promo menarik Bank NOBU langsung melalui e-mail Anda.
SELESAI